hiduplah seperti saat kita berdoa :)
Mungkin karena ahir-ahir ini banyak kejadian yang mengingatkan saya sama kata-kata sensei (guru saya) atau karna saya abis baca buku Einstein Dreams nya Alan Lightman atau karna saya abis naik motor ujan-ujanan kayak di film India (apa hubungannya?), saya jadi dapet semacem ilham gitu (tssaah...). Nah ilham ini bisa dijabarkan dalam satu kalimat yang agak panjang:
hiduplah seperti saat kita berdoa, tenang, apa adanya, tidak perlu ambisius tapi bisa menggetarkan langit
Nah mari saya ceritakan background penemuan kata mutiara ini
pertama, baiklah saya ngaku. Ahir-ahir ini saya emang agak sok sibuk. saya lagi ikut hmm 5 kepanitiaan kalo gak salah yaitu cresent, seminar china, hmi, komahi, soundcoustic, trus mau bikin seminar ipmawati juga. oke 6 berarti. dan yah, saya pikir mereka cukup menyita waktu saya (termasuk waktu liburan. huhu). dengan segala keribetan ini, saya jadi berpikir kenapa saya ikut ini dan itu ya? kenapa harus dikutin semua gitu? Oke. mungkin alasannya bermacem-macem kayak "buat nambah pengalaman" "biar bisa belajar banyak" "biar bisa dapet temen-temen baru" "mau gimana lagi, emang udah amanah dari sebuah jabatan" "penasaran ih, politik kampus itu kayak gimana ya?" atau "biar eksis". Untuk alasan terahir rasanya gak mungkin karna saya benci kata2 eksis, sok ngeksis dan keluarganya. jijik najong. hoeks.
Kemudian saya berpikir lagi, lantas apa yang udah saya dapetin dari kegiatan2 itu? pengalaman, temen2 baru, wawasan lain dan mungkin sedikit kebijaksanaan. oke sampe sini manstab. pertanyaan berikutnya adalah opportunity cost apa yang udah saya korbankan (biaya peluang; kalo kita memilih kegiatan satu dibanding kegiatan lain-red)? yang saya korbankan adalah waktu belajar saya, waktu membaca buku-buku keren, waktu menulis tulisan2 alay (seperti yang nongol dalam blog ini), waktu bermain bersama keluarga, temen2 (terutama sahabat2 tercintah), sama kelinci serta kucing saya yang lucu, juga mengorbankan waktu di rumah yang sangat menyenangkan (yang diisi dengan tidur seharian, masak memasak, nonton dvd, main ps, metikin marqisa (abis itu dibikin jus, slurrpp), ngasih makan ikan, nyuruh2 indra, ngagetin mbak su, marahin hesti, gangguin bang dhika, godain mama papa, beresin kamar yang mirip kapal pecah, internetan ampe laptop hampir meledak, dan yah semua kegiatan rumah yang sangat menyenangkan (dan terasa jahat bagi sebagian orang haha). kenapa saya harus rela?!
Apakah semua aktivitas semacam itu (yang udah saya gelutin dari smp) membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik yang makin dekat dengan cita-cita saya dan jadi manusia berprestasi yang membanggakan orang tua, keluarga dan berguna bagi masyarakat dan negara serta jadi insan utama yang dirodhoi Allah? (lengkap ya cin). jawabannya belum saudara-saudara. ternyata masih jauh panggang dari api dan api daripada panggang (halah). saya ya masi gini-gini aja. Dan makin berasa shocking soda, waktu ngebaca blog teman2 seperjuangan di sma dulu dan mulai membanding-bandingkan diri dengan prestasi mereka dan mulai ngerasa tertinggal. dan mulai teringat sama peta hidup dan mulai mengutuki diri sendiri atas kesalahan menentukan prioritas. dan *effect suara petir mode :ON
menjadi sangat takut jika segala kesibukan ini hanya akan bernilai sampahditengah kegalauan yang maha dahsyat ini (cih!) saya baca buku einstein dream yang saya sebutin diatas. kenapa yang diibaca buku itu? karna adanya cuma itu (boleh minjem pula dari ka may). dan pada halaman sekian saya menemukan suatu cerita yang intinya:
waktu terbagi menjadi dua yaitu waktu mekanis dan waktu tubuh. waktu mekanis dapat terlihat pada jam yang dapat anda lihat disekitar anda sedangkan waktu tubuh adalah tiap detak jantung anda. jika anda terus menerus bekerja sesuai dengan waktu mekanik misalnya "anda akan makan siang hanya pada jam 12, kalo belum jam 12 anda akan menahan rasa lapar itu". dan dengan kata lain anda akan menjadi robot yang bergerak dipertuan oleh waktu mekanis. sedangkan waktu tubuh lebih natural. anda bertindak sesuai detak jantung anda, anda bebas menggunakan waktu kapanpun, anda bisa makan kapanpun saat terasa lapar tanpa memerdulikan diarah mana jarum jam berhenti, dsb. dan anda menjadi pemilik waktu yg sebenarnya.
lalu saya kembali berkaca apakah saya tetep cantik hari ini, eh maksudnya untuk mengetahui tergolong pemilik waktu yang manakah saya? dan ternyata jawabannya, saya sering mengikuti waktu mekanis di beberapa sisi. indikasinya, saya merasa terikat dengan semua target pada peta hidup yang saya buat. akibatnya saya jadi suka memaksakan diri untuk ikut banyak kegiatan dengan maksud mewujudkan tujuan yang tercantum di peta hidup sesuai dengan alokasi waktu yang juga telah tercantum dalam hidup. saya merasa menjadi manusia pengejar target yang sangat ambisius (#ngerasa keren). tiap malam sebelum tidur, saya selalu berpikir target apa yang belum terpenuhi, gimana caranya agar bisa terpenuhi sesuai deadline. oh! menegerikan ya. gara-gara pola pikir seperti itu saya jadi manusia yang suka berpikir dengan kompleks, jadi manusia yang terlalu serius dan kurang menghargai anugerah2 kecil yang ada disekitar saya. jadi orang yang suka memaksakan diri, jadi orang yang serius padahal target tetep aja banyak yang gak tercapai. -.-"
lantas saya jadi teringat seorang pedagang parfum di sebuah kios kecil yang sepertinya tidak laku, saya singgah disana buat numpang berteduh dari derasnya hujan waktu lagi bermotor ria bersama beaty tersayang (beaty = nama motor saya). saya liat walaupun nasibnya cuma sebagai pedagang parfum abal yang gak laku, tapi kok dia bahagia aja ya, ramah nyapain orang2. terus saya juga jadi inget pak otong, yang walaupun jadi imam mesjid tapi tetep semangat dan bahagia kerja sambilan jadi tukang ojek (kalo naek ojek sama beliau dapet bonus ceramah interaktif, menarik bukan?) atau seorang tukang parkir di daerah bogor yang menurut cerita abang saya adalah tukang parkir profesional. kenapa? karena dia udah ekspert dan selalu bersemangat dalam mengarahkan mobil2 dan terus tersenyum ramah saat dikasih ataupun saat gak dikasih uang receh. demi melihat mereka saya jadi mikir, apakah mereka gak punya cita-cita lain untuk dikejar? kenapa mereka puas aja dengan keadaannya yang sekarang?
dan segala puji bagi Allah yang telah memberi ilham itu sebagai jawaban atas semua pertanyaan saya. "hiduplah seperti saat kita berdoa, tenang, apa adanya, tidak ambisius tapi bisa menggetarkan langit". ya. betul. ternyata hidup ini, bukan hanya tentang apa target kita, kita mau jadi apa, perjuangan yang dipaksakan, seberapa banyak prestasimu, dan hal lain yang sejak beberapa tahun silam memenuhi pikiran saya. ternyata hidup tidak boleh dijalani dengan mengejar terlalu banyak target. ternyata hidup itu punya alur yang jauh lebih sederhana dan bersahaja. ternyata Allah telah mengajarkan cara terbaik dalam menjalani hidup seperti ketika mengajarkan cara berdoa. pasrah, tulus, ikhlas, apa adanya, tenang, damai, merendahkan hati, tidak ambisius, penuh syukur, karena gak ada orang yang berdoa sambil ngoto-ngototan kan???
a new life, here i come! :D
0 komentar:
Posting Komentar