Kontemplasi

kontemplasi/kon·tem·pla·si/ /kontémplasi/ n renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh;

berkontemplasi/ber·kon·tem·pla·si/ v merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian

Sumber : http://kbbi.web.id/kontemplasi

Ada berbagai macam kejadian yang membuat kita tiba-tiba berkontemplasi. Kejadian itu bisa baik, bisa buruk, bisa juga paduan keduanya dengan bonus hikmah. Kontemplasi membuat tulisan ini mengalir lebih cepat dari saat menulis tugas-tugas atau tesis. Karena hikmah ini buah langsung dari guru kehidupan.

Setelah berkontemplasi kita bisa menemukan diri yang baru atau sisi lain dari diri. Bisa juga membuat kita memutuskan hal-hal yang sebelumnya terpikir pun belum. Atau bisa memandang sesuatu atau seseorang dengan sangat berbeda.

Seperti malam ini, buah kontemplasi adalah perubahan rencana dan suasana. Saya tiba-tiba sangat ingin bekerja, bekerja part time atau freelance pun tidak apa apa karena sudah tidak nyaman dengan status yang hanya mahasiswa saja. Saya ingin berbuat lebih dari sekedar belajar tekstual. Tapi orang terdekat saya menasehati agar tetap fokus kuliah saja demi percepatan rampungnya tesis.

Kemudian saya berkontemplasi lagi, kebulatan pikiran itu ternyata perlu opini orang lain. Karena mungkin saja saat berkontemplasi kita sedang tidak netral dan tidak adil kepada diri sendiri atau orang lain yang menjadi objek pikiran. 

Kemudian saya berkontemplasi lagi, bagaimana dengan orang yang tidak suka berkontemplasi? Mungkin akan jadi tipikal orang yang selalu mengulang-ulang kesalahan yang sama karena dia tidak menaruh perhatian penuh atau kebulatan pikiran terhadap suatu kejadian.

Maka saya berkontemplasi lagi, bahwa berkontemplasi adalah penting. Mungkin seseorang disebut filsuf bukan hanya sekedar dia suka membaca, jika hanya membaca dan tidak dia renungkan lagi dia hanya menjadi penghafal dan orang gagap, saat berhadapan dengan kejadian serupa dengan pola berbeda.

Jika dia membaca kemudian berkontemplasi maka dia akan belajar banyak hal tentang pola, rasa, solusi, analisa dan kebijaksanaan dalam membaca tulisan, lisan dan kejadian.    

Jadi, mari berkontemplasi lagi...
Aapakah perenungan kita seringkali hanya pada tahapan berfikir sejenak kemudian menjudge saja?

Mari sering-sering lah berkontemplasi ;)
    

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top